Di penghujung 2007 ini ada yang berbeda di Bursa Efek Indonesia (BEI).Jelang beberapa hari pasar modal menutup akhir tahunnya, satu produk pasar modal diluncurkan pelaku pasar.
Namanya exchange traded fund (ETF) atau yang belakangan lebih populer dengan sebutan Reksa Dana Indeks. Reksa dana yang satu ini terbilang unik. Karakteristiknya juga berbeda dengan reksa dana konvensional yang kita kenal sebelumnya.Reksa Dana Indeks ini merupakan sebuah reksa dana yang dibentuk untuk tujuan tertentu, dengan tujuan yang lebih spesifik lagi.
Lalu, unit penyertaannya dicatatkan sebagaimana layaknya saham. ETF secara sederhana dapat diartikan sebagai reksa dana yang diperdagangkan di bursa. ETF merupakan Kontrak Investasi Kolektif di mana Unit Penyertaan (UP) dicatatkan dan diperdagangkan di bursa seperti saham. Layaknya reksa dana konvensional, dalam ETF terdapat pula Manajer Investasi (MI) dan Bank Kustodian. Mekanisme perdagangan ETF adalah sama dengan perdagangan saham, kecuali ketentuan fraksi harga,yaitu Rp1 dengan jenjang perubahan harga maksimum Rp10.
Reksa dana yang bisa diperdagangkan di bursa tersebut sekaligus menjadi salah satu yang membedakan aktivitas pasar modal Indonesia pada penutupan tahun ini dengan tahun sebelumnya. Pelaku pasar modal mengenal ETF ini sebagai Reksa Dana Indeks karena reksa dana ini dibentuk dan diinvestasikan pada sejumlah aset tertentu. ETF yang diterbitkan Bahana TCW awalnya merupakan reksa dana pendapatan tetap, kemudian berubah menjadi reksa dana indeks, dan berubah lagi menjadi ETF yang kinerjanya mengacu pada indeks obligasi yang mencerminkan pasar obligasi pemerintah (SUN) di Indonesia.
Demikian pula dengan ETF atau reksa dana indeks yang diterbitkan Indo Primer Securities mengacu pada saham tertentu, yakni indeks LQ-45 Berpedoman pada dua reksa dana indeks yang acuan investasinya berbasis obligasi dan saham tertentu, tampak bahwa perkembangan reksa dana indeks ini akan sangat bergantung pada inovasi MI dalam membentuk sekumpulan produk tertentu yang akan menjadi pokok (underlying) dari investasinya. Artinya, yang menjadi underlying bisa 10 saham tertentu saja, satu sektor industri tertentu atau bisa juga sekumpulan obligasi yang disekuritisasi kembali sebagaimana yang dilakukan oleh Bahana TCW tersebut.
Sederhananya, dalam ETF ini,dana yang dikelola MI pertama kali diinvestasikan dalam saham yang terdapat dalam indeks acuan sesuai proporsinya masing-masing (kapitalisasi pasar). Ketika harga saham berubah, kapitalisasi pasar juga akan berubah secara proporsional atau berbanding lurus sehingga dana yang dikunci pada portofolio indeks pada hari sebelumnya tetap berada pada portofolio indeks pada hari yang bersangkutan. Selain itu tanpa memerlukan transaksi (trading) lagi.Jika terjadi penebusan bersih (net redemption),maka sekuritas dijual sesuai proporsi bobot (weight) yang ada dalam indeks.
Sebaliknya jika terdapat aliran masuk (inflow) yang baru, maka manajer investasi akan membeli seluruh saham dalam indeks sesuai proporsinya masing-masing. Kebijakan investasi secara proporsional itu dilakukan untuk menjaga kinerja reksa dana agar tetap mencerminkan kinerja indeks acuannya. Akan tetapi kegiatan pengelolaan seperti itu membutuhkan biaya transaksi yang cukup besar yang berakibat meningkatnya tracking error.
Contoh, sebuah skema indeks yang terdiri 50 saham, pada saat terjadi situasi penebusan bersih (net redemption), skema ini diharuskan menjual sahamnya yang ada dalam portofolio paling tidak 50 saham sekaligus sesuai bobotnya sehingga tidak dijumpai tracking error. Penjualan sekaligus tersebut akan menimbulkan dampak biaya yang cukup tinggi. Untuk menekan biaya ini, seorang fund manager dapat menggunakan indeks berjangka,saham berjangka, opsi, dan lain-lain.
Misalnya dalam situasi penebusan bersih (net redemption), dari pada menjual saham sekaligus, fund manager dapat melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan penebusannya dan menjual saham dengan menggunakan transaksi berjangka. Hal ini akan mengurangi dampak biaya. Sebaliknya, pada saat uang masuk ke dalam reksa dana indeks (net inflow), fund manager memiliki pilihan untuk melakukan transaksi berjangka, semisal hedging atau melakukan lindung nilai. Sementara sahamsaham yang menjadi pilihan juga terakumulasi secara perlahan dan pasti sesuai jalannya pasar. Dengan demikian, biaya-biaya akan selalu ter-cover dengan pengeluaran yang relatif kecil. Karena itu, yang terpenting dalam reksa dana indeks ini adalah produk yang menjadi acuan yang membentuk indeks dan harga dari reksa dana indeks tersebut. (bei)